Review Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas, Bacaan Wajib untuk Mahasiswa dan Pejuang Hidup
Kabar Aksara - Menggapai cita-cita adalah hak setiap manusia. Tidak ada yang berhak mencabut harapan seseorang untuk mencapai impiannya, betapapun beratnya jalan yang harus ditempuh.
Di balik perjalanan meraih impian, ada banyak pengorbanan yang harus dilakukan—baik dari diri sendiri maupun dari orang-orang terdekat.
Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen bukan hanya sekadar kisah kehidupan kampus biasa. Lebih dari itu, novel ini menggambarkan pengorbanan, kegigihan, dan perjuangan anak muda dalam menggapai cita-cita.
![]() |
Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen (Sumber: cutfira.com) |
Selain itu, novel ini juga menyoroti bagaimana keluarga dan lingkungan sekitar memiliki peran besar dalam menentukan masa depan seseorang.
Jika kamu pernah merasa terpaksa memilih sesuatu karena keadaan, mungkin kamu akan merasa relate dengan kisah ini. Namun, jangan salah sangka, novel ini bukan hanya untuk mahasiswa, tetapi juga bisa dinikmati oleh siapa saja yang ingin membaca kisah inspiratif penuh perjuangan.
Identitas Novel Laut Bercerita
Judul: Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Penulis: J.S. Khairen
Genre: Drama
ISBN: 978-602-220-304-9
Penerbit: Grasindo
Tebal buku: 353 halaman
Kisaran harga: Rp 130.000
Sinopsis Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Cerita ini diawali dengan seorang mahasiswa baru bernama Ogi. Ia terpaksa berkuliah di Universitas Daulat Eka Laksana (UDEL), sebuah kampus yang bisa dibilang antah-berantah.
Awalnya, ia bercita-cita masuk ke kampus ternama. Namun, takdir berkata lain. Ia gagal di berbagai universitas yang diimpikannya. Di sisi lain, orang tuanya terus mendorongnya untuk tetap berkuliah, karena bagaimanapun, Ogi adalah harapan keluarga.
Di tengah kebimbangannya, Ogi mendapat dorongan dari sahabat SMA-nya, Ranjau, yang akhirnya membuatnya tetap berkuliah di UDEL. Meski tidak sesuai dengan harapannya, kehidupan kampus pun dimulai dengan berbagai kejutan yang menunggunya.
Pada hari pertama kuliah, kelas Ogi digegerkan dengan kehadiran segerombolan tikus! Rupanya, ini adalah gimmick yang sengaja disiapkan oleh Bu Lira, dosen konseling mereka, yang juga anak dari pemilik yayasan kampus.
Setelah itu, Bu Lira meminta para mahasiswa untuk menuliskan impian mereka masing-masing di gulungan kertas, lalu menyimpannya dalam sebuah kotak.
Perjalanan Ogi di kampus semakin menarik setelah ia berkenalan dengan enam teman barunya—Ranjau, Arko, Juwisa (Si Ubin Masjid), Sania, dan Gala. Mereka memiliki alasan masing-masing untuk berkuliah, yang tentunya tidak bisa saya bocorkan di sini agar kamu bisa menikmatinya sendiri saat membaca novel ini.
Namun, pertanyaannya, apakah mereka akan berhasil meraih impian yang mereka tuliskan di gulungan kertas itu?
Tokoh/Karakter dalam Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Berikut adalah beberapa tokoh penting yang dalam novel ini:
Ogi: Mahasiswa Jurusan Komunikasi yang sebenarnya tidak memiliki minat kuat dalam akademik, namun terpaksa berkuliah di UDEL karena keadaan.
Ranjau: Si ambisius yang selalu mengejar nilai tinggi dan tidak pernah puas dengan pencapaiannya. Dia juga teman SMA Ogi yang berusaha meyakinkannya untuk berkuliah.
Arko: Seorang fotografer berbakat yang sering diejek sebagai "tukang foto" oleh Ranjau. Namun, ia berhasil memanfaatkan hobinya untuk menghasilkan uang.
Juwisa: Dijuluki "Si Ubin Masjid", mahasiswa Jurusan Ekonomi yang dikenal sebagai sosok yang religius.
Sania: Gadis dengan suara emas yang sering bernyanyi di kafe setiap malam demi mencukupi kebutuhannya sendiri.
Gala: Mahasiswa misterius dari Jurusan Arsitektur yang selalu dikawal oleh bodyguard. Tidak ada yang tahu identitasnya yang sebenarnya.
Bu Lira: Dosen konseling yang tidak hanya bijaksana tetapi juga mampu membangun kedekatan dengan mahasiswanya.
Kutipan Favorit dari Kami (Bukan) Sarjana Kertas
“Sudahkah engkau berhenti sejenak, untuk melihat telah seberapa jauh engkau berjalan? Kakimu mungkin lelah, jiwamu mungkin gelisah, istirahatlah, untuk kembali melangkah.”
― J.S. Khairen, Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Kutipan ini sangat menggugah. Sering kali kita terlalu sibuk mengejar tujuan hingga lupa untuk berhenti sejenak dan mengapresiasi perjalanan yang telah kita tempuh.
Review Novel Bumi
Keunggulan dan Kekurangan
Salah satu keunggulan utama dari novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas adalah ceritanya yang sangat relate dengan kehidupan mahasiswa.
Novel ini tidak hanya menyoroti pengalaman akademik di kampus, tetapi juga berbagai realitas kehidupan yang sering dihadapi oleh mahasiswa, seperti tekanan dari orang tua, kesulitan ekonomi, pencarian jati diri, hingga pentingnya pertemanan dan kerja keras dalam meraih impian.
Bahkan bagi pembaca yang bukan mahasiswa, novel ini tetap bisa dinikmati karena konflik yang diangkat cukup universal—tentang perjuangan, cita-cita, dan hubungan dengan orang-orang terdekat.
Keunggulan lainnya terletak pada gaya penceritaannya yang ringan dan menghibur. J.S. Khairen menulis novel ini dengan bahasa yang santai dan sering diselipi humor receh yang membuat pembaca tidak merasa bosan. Meskipun ada banyak momen lucu, humor dalam novel ini tetap terasa natural dan tidak berlebihan atau cringe.
Justru, elemen humor ini memperkuat kesan realistis dari cerita, karena kehidupan mahasiswa memang tidak melulu serius—ada banyak kejadian konyol dan menggelitik yang sering terjadi di dunia perkuliahan.
Selain itu, novel ini memberikan motivasi kepada pembaca untuk memanfaatkan potensi diri. Melalui karakter-karakternya, pembaca diajak untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki bakat dan jalan suksesnya masing-masing.
Tidak semua orang harus menjadi mahasiswa terbaik secara akademik, tetapi setiap orang bisa unggul dalam bidangnya sendiri. Arko, misalnya, adalah seorang fotografer yang menjadikan hobinya sebagai sumber penghasilan.
Sania, yang memiliki suara emas, berusaha bertahan hidup dengan bernyanyi di kafe. Setiap karakter memiliki tantangan dan caranya masing-masing untuk bertahan, yang membuat novel ini sarat dengan inspirasi.
Dari segi teknis, penggunaan sudut pandang orang ketiga mahatahu (POV 3 Omniscient) dalam novel ini sangat natural dan tidak terkesan dipaksakan. Dengan menggunakan POV ini, J.S. Khairen bisa menggambarkan kisah dari berbagai sudut pandang karakter tanpa kehilangan fokus utama cerita. Pembaca bisa memahami perasaan dan motivasi masing-masing tokoh tanpa harus berpindah-pindah perspektif yang berlebihan.
Namun, meskipun novel ini memiliki banyak keunggulan, ada satu kekurangan kecil yang bisa dicatat, yaitu tidak adanya indeks atau glosarium untuk istilah-istilah yang mungkin kurang familiar bagi beberapa pembaca.
Beberapa istilah atau diksi dalam novel ini khas dunia kampus atau komunitas tertentu, sehingga bagi pembaca yang tidak terbiasa, ada kemungkinan mereka harus mencari sendiri maknanya. Namun, kekurangan ini tidak terlalu mengganggu keseluruhan pengalaman membaca, karena konteks dalam cerita masih bisa membantu memahami makna kata-kata tersebut.
Secara keseluruhan, novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas tetap merupakan bacaan yang menarik, ringan, dan sarat makna. Dengan keseimbangan antara humor, motivasi, dan realitas kehidupan mahasiswa, novel ini berhasil memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan sekaligus inspiratif.
Kesan pertama
Saat pertama kali membaca novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas, saya langsung merasakan nuansa cerita yang ringan namun tetap bermakna. Dari halaman-halaman awal, novel ini sudah menghadirkan suasana khas dunia mahasiswa yang penuh tantangan, tetapi juga dibalut dengan humor receh yang menghibur.
Gaya bahasa yang digunakan terasa luwes dan tidak kaku, membuat saya menikmati alur cerita tanpa terasa berat. Kehadiran karakter-karakter dengan latar belakang yang beragam juga menambah daya tarik tersendiri. Setiap tokoh memiliki kepribadian yang unik dan realistis, sehingga saya merasa seperti sedang membaca kisah nyata dari kehidupan sehari-hari.
Selain itu, kejutan-kejutan kecil yang dimasukkan oleh J.S. Khairen dalam cerita membuat novel ini semakin menarik. Misalnya, insiden tikus di kelas yang ternyata bagian dari metode mengajar Bu Lira merupakan salah satu adegan yang langsung membangun kesan bahwa novel ini tidak akan berjalan dengan alur yang monoton.
Saya juga menyukai bagaimana novel ini tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga menggali perjuangan personal tiap tokoh dalam meraih impian mereka. Kesan pertama saya terhadap novel ini sangat positif. Buku ini bukan hanya sekadar bacaan ringan untuk hiburan, tetapi juga menyisipkan pesan-pesan mendalam yang bisa diambil oleh pembaca.
Pesan yang bisa dipetik
Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas mengajarkan bahwa dalam setiap perjalanan hidup, dukungan dari orang-orang terdekat, terutama keluarga, memiliki peran yang sangat besar. Banyak dari kita mungkin merasa bahwa kesuksesan adalah hasil dari usaha pribadi semata, tetapi novel ini mengingatkan bahwa di balik setiap perjuangan, ada doa, pengorbanan, dan harapan yang dititipkan oleh mereka yang menyayangi kita.
Ogi, misalnya, bukan hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya yang menaruh harapan besar padanya. Begitu juga dengan tokoh-tokoh lainnya yang memiliki alasan masing-masing untuk terus berjuang.
Novel ini mengajak kita untuk lebih menghargai keberadaan orang-orang yang selalu mendukung kita, baik dalam bentuk materi, semangat, maupun doa, serta menyadari bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari gelar akademik, tetapi dari bagaimana kita memanfaatkan potensi yang kita miliki dan tetap peduli dengan lingkungan sekitar.
Penilaian keseluruhan
Dari berbagai aspek yang telah dibahas, novel ini layak mendapatkan rating:
A (Sangat Direkomendasikan)
Jika kamu menyukai novel yang ringan tetapi penuh makna, Kami (Bukan) Sarjana Kertas adalah pilihan yang tepat.
Konklusi
J.S. Khairen berhasil menghadirkan novel yang menginspirasi, ringan, dan dekat dengan realitas kehidupan. Kami (Bukan) Sarjana Kertas bukan hanya sekadar kisah mahasiswa yang berjuang di dunia akademik, tetapi juga tentang persahabatan, pengorbanan, serta pentingnya menghargai dukungan dari orang-orang terdekat.
Dengan gaya penceritaan yang santai, humor yang segar, dan karakter yang kuat, novel ini menjadi bacaan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan motivasi bagi pembaca untuk terus berusaha meraih impian mereka.
Lebih dari itu, novel ini mengingatkan bahwa kesuksesan bukan hanya tentang mendapatkan gelar, tetapi juga bagaimana kita menghadapi perjalanan hidup dengan penuh makna dan perjuangan. Jika kamu mencari novel yang inspiratif dan penuh warna, Kami (Bukan) Sarjana Kertas adalah pilihan yang tepat!